Pitaruah Ayah dari minangkabau

Pitaruah Ayah dari minangkabau

kaset oleh Yus. Datuak Parpatiah dalam kasetnya berjudul ”Pitaruah Ayah
Wahai nak kanduang, kata ayah
Janganlah bosan mendengarkannya
Bercerita takkan lama
Hanya karena berat menyimpannya
Jika anak harus menimbang
Simaklah dengan dalil mata batin
Adapun tubuh manusia,
terbangun dari tiga rongga
Pertama rongga di atas
Kedua rongga di tengah
Ketiga rongga di bawah
Yang dimaksud rongga di atas,
ialah ruang di kepala.
Berkeinginan ilmu pengetahuan
Tersebut rongga di tengah,
yaitu dada, rumpun hati

Sangkar iman, lubuk agama,
Inilah pedoman jurumudi.
Yang mana pula rongga di bawah.
Lambung musti diisi
Perut minta dikenyangkan.
Umpamanya alam Minang Kabau,
yang terdiri dari tiga luhak.
Bernama luhak nan Tiga.
Pertama Luhak nan Tuo
Lambang Kucing warnanya kuning
Tinggi pengaruh berwibawa
Kuning tanda kemenangan.
Adapun arti yang terkandung
Orang cerdas adikuasa
Sumber ilmu pengetahuan
Science-tehnologi kata orang sekarang
Kedua luhak nan Tengah
Simbol merah Harimau Campa
Berani karena benar
Hukum tidak makan banding
bernama perintah Syarak.
Penampilan baik, tampanpun ada
Terserah cara memasangkan
Moral-spiritual cara baru
Ketiga, luhak nan bungsu
Corak hitam, lambang kambing hutan
Rela dan sabar berusaha
Rumput tak ada tentang daun
Karena padi makanya jadi
Karena emas makanya kemas
Berbicara harus dengan uang
Berjalan tentu dengan kain
Jika bekerja harus makan
Ekonomi bahasa canggihnya
Itulah tali sehelai pilin tiga
Tungku nan tiga sejerangan
Jika kita ingin sempurna
Menjadi orang beharga
Sejalan rohani dengan jasmani
Dunia dapat, akhirat tercapai

cerita asal usul minangkabau

cerita asal usul minangkabau 

Minangkabau termasuk salah satu nagari (desa) yang berada di wilayah Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatra Barat. Nagari ini dulunya masih berupa tanah lapang. Namun, tersebab oleh sebuah peristiwa, daerah itu dinamakan Nagari Minangkabau. Peristiwa apakah itu? Berikut kisahnya dalam cerita Asal Mula Nama Nagari Minangkabau.

* * *

Dahulu, di Sumatera Barat, tersebutlah sebuah kerajaan bernama Kerajaan Pagaruyung. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana. Rakyatnya senantiasa hidup aman, damai, dan tenteram. Suatu ketika, ketenteraman negeri itu terusik oleh adanya kabar buruk bahwa Kerajaan Majapahit dari Pulau Jawa akan menyerang mereka. Situasi tersebut tidak membuat para punggawa Kerajaan Pagaruyung gentar.

“Musuh pantang dicari, datang pantang ditolak. Kalau bisa dihindari, tapi kalau terdesak kita hadapi,” demikian semboyan para pemimpin Kerajaan Pagaruyung.

Suatu hari, pasukan Kerajaan Majapahit tiba di Kiliran Jao, sebuah daerah di dekat perbatasan Kerajaan Pagaruyung. Di tempat itu pasukan Kerajaan Majapahit mendirikan tenda-tenda sembari mengatur strategi penyerangan ke Kerajaan Pagaruyung. Menghadapi situasi genting itu, para pemimpin Pagaruyung pun segera mengadakan sidang.

-->

asal usul minangkabau

Asal kata mingkabau adalah dari sebuah cerita yang menceritakan Orang orang majapahit yang selalu mencoba kecerdikan orang orang dari gunung merapi.

Orang-orang Majapahit tidak pernah ketinggalan mencoba kecerdasan dan kecerdikan orang-orang dari Gunung Merapi ini. Pada suatu hari mereka membawa seekor kerbau besar dan panjang tanduknya, kecil sedikit dari gajah.


Mereka ingin mengadakan pertandingan adu kerbau. Ajakan mereka itu diterima baik oleh kedua datuk yang tersohor kecerdikannya dimana-mana itu, yaitu Dt. Katumanggungan dan Dt. Parpatih Sabatang. Taruhannya adalah seperti dulu-dulu juga, yakni kapal pendatang dengan segala isinya, dan taruhan datuk yang berdua itu ialah kerajaan mereka sendiri.

Waktu tiba saatnya akan mengadu kerbau, setelah kerbau Majapahit dilepaskan di tengah gelanggang, orang banyak riuh bercampur cemas melihat bagaimana besarnya kerbau yang tidak ada tandingannya di Pulau Perca waktu itu.

Dalam keadaan yang menegangkan itu, pihak orang-orang negeri itupun mengeluarkan kerbaunya pula. Dan alangkah herannya dan kecutnya hati orang banyak itu melihat mereka mengeluarkan seekor anak kerbau. Anak kerbau itu sedang erat menyusu, dan orang tidak tahu, bahwa anak kerbau itu telah bebearapa hari tidak doberi kesempatan mendekati induknya.

Ketika melihat kerbau besar di tengah gelanggang anak kerbau itu berlari-lari mendapatkannya yang dikria induknya dengan kehausan yang sangat hendak menyusu. Dimoncongnya terikat sebuah taji atau minang yang sangat tajam. Ia menyeruduk ke bawah perut kerbau besar itu, dan menyinduk-nyinduk hendak menyusu. Maka tembuslah perut kerbau Majapahit, lalu lari kesakitan dan mati kehabisan darah.

Orang-orang Majapahit memprotes mengatakan orang-orang negeri itu curang. Kegaduhan pun terjadi dan hampir saja terjadi pertumpahan darah. Tetapi dengan wibawanya Dt. Katumanggungan dan Dt. Parpatih Nan Sabatang membawa orang-orang itu ke balai persidangan. Disanalah Dt. Parpatih Nan Sabatang menangkis tuduhan-tuduhan orang-orang Majapahit. Akhirnya orang-orang Majapahit pemgakui kealpaan mereka tidak mengemukakan persyaratan-persyaratan antara kedua belah pihak sebelum mengadakan pertandingan.

Sejak itu tempat mengadu kerbau itu sampai sekarang bernama Negeri Minangkabau. Dan kemudian hari setelah peristiwa kemenangan mengadu kerbau dengan Majapahit itu termasyhur kemana-mana, wilayah kekuasaan orang-orang yang bernenek moyang ke Gunung Merapi dikenal dengan Alam Minangkabau. Diceritakan pula kemudian rumah-rumah gadang diberi berginjong seperti tanduk kerbau sebagai lambang kemenangan.

(Sumber : Minangkabau Tanah Pusaka -Minangkabau)-
www.unjabisnis.Net

Belajar bahasa minangkabau

Sebenarnya belajar bahasa Minang sangat mudah, karena banyak kata yang diadopsi dari bahasa Indonesia (mungkin malah bahasa Indonesia yang mengadopsi bahasa Minang). Hanya saja kata-kata itu mengalami semacam penggubahan sesuai dialek mereka.

Pemakaian huruf O

Kalau Anda sering melihat film dan ada karakter orang Minang disitu, yang Anda paling ingat mungkin pemakaian huruf O yang kerap mun cul. Bahasa Minang mengubah kata dalam bahasa Indonesia yang berakhiran A menjadi berakhiran O.

Contoh:

Cara = Caro

Belanja = Balanjo

Suka = Suko


Ada = Ado

Iya = Iyo

Baca = Baco

Janda = Jando

Nama = Namo

Pengubahan –at menjadi –ek

Sebagian besar kata dalam bahasa Indonesia yang berakhiran –at berubah menjadi berakhiran –ek dalam bahasa Minang. Bunyikan –ek seperti mengucapkan “mbek” dalam kata “Lembek”.

Contoh:
Rapat = Rapek
Sarat = Sarek
Kawat = Kawek
Dapat = Dapek
Hambat = Hambek
Lambat = Lambek
Silat = Silek
Giat = Giek
Kuat = Kuek

Bedakan dengan contoh berikut:
Berat = Barek
Lebat = Labek
Tepat = Tapek
Penat = Panek
Merambat = Marambek
Keringat = Karingek

Perhatikan bahwa keenam contoh di atas tidak berubah menjadi “Berek”, “Lebek”, “Tepek”, “Penek” atau “Merembek”, melainkan “Barek”, “Labek”, “Dabek”, “Panek” dan “Marambek”. Suku kata pertama yang mengandung huruf E memang biasanya berubah menjadi A.

Pengubahan –as menjadi –eh

Contoh:
Panas = Paneh
Beras = Bareh
Gelas = Galeh

Pengubahan -ir menjadi –ia

Contoh:
Air = Aia
Alir = Alia
Cibir = Cibia
Pelintir = Palintia
Semir = Samia

Pengubahan –ur menjadi –ua.

Contoh:
Aur = Aua
Baur = Baua
Lebur = Labua
Tabur = Tabua

Pengubahan –ut menjadi –uik

Contoh:
Rambut = Rambuik
Laut = Lauik
Takut = Takuik
Kentut = Kantuik
Perut = Paruik
Ikut = Ikuik
Lembut = Lambuik
Rebut = Rabuik

Pengubahan –uk menjadi –uak

Contoh:
Keruk = Karuak
Beruk = Baruak
Buruk = Buruak

Pengubahan –uh menjadi –uah

Contoh:
Bunuh = Bunuah
Tujuh = Tujuah
Peluh = Paluah

Pengubahan –us menjadi –uih

Contoh:
Putus = Putuih
Halus = Haluih
Kurus = Kuruih

Pengubahan –ung menjadi –uang

Contoh:
Bingung = Binguang
Panggung = Pangguang
Hidung = Hiduang

Pengubahan –ih menjadi –iah

Contoh:
Lebih = Labiah
Pedih = Padiah
Letih = Latiah

Pengubahan –ing menjadi –iang

Contoh:
Keling (hitam) = Kaliang
Pening = Paniang
Kucing = Kuciang

Pengubahan –il menjadi –ia

Contoh:
Ganjil = Ganjia
Bedil = Badia
Sambil = Sambia

Pengubahan –is menjadi –ih

Contoh:
Gadis = Gadih
Manis = Manih
Menangis = Manangih

Pengubahan -ap menjadi -ok

Contoh:
Gelap = Galok
Suap = Suok
Sulap = Sulok

Tidak mutlak semua kata bisa diubah sesuai rumus diatas.

Sejatinya, pengubahan akhiran pada kata-kata tersebut tidak perlu dihafalkan. Logat Minang bisa serta-merta Anda kuasai tanpa menghafal kalau Anda terbiasa berlatih dan berkomunikasi dengan bahasa ini.

KALIMAT NEGATIF

Kalimat negatif dalam bahasa Minang memiliki pola yang mirip dengan kalimat negatif dalam bahasa Perancis. Mungkin juga ada bahasa lain di dunia ini yang memiliki pola sama. Sejauh ini, karena kebetulan saya sedang mempelajari bahasa Perancis, so this is the one I clearly know.

Pola kalimat negatif dalam bahasa Perancis: Subjek + ne + Kata Kerja + pas + Objek / Pelengkap.

Contoh:

Kalimat positif => Je suis étudiante (Saya seorang mahasiswa)

Kalimat negatif => Je ne suis pas étudiante (Saya bukan mahasiswa)

Pola dalam bahasa Padang: Subjek + indak + Kata Kerja + Objek / Pelengkap + do.

“Pas” dalam bahasa Perancis sama fungsinya dengan “Do” dalam bahasa Minang. Bedanya “Do” selalu diletakkan di akhir kalimat dalam bahasa Minang.

Contoh:
Iko lamak (ini enak) => Iko indak lamak do (ini tidak enak)
Awak suko bagarah (Aku suka becanda) => Awak ndak suko bagarah do (Aku tidak suka becanda)
Ndak ba a do (Tidak apa-apa)
Ndak ado lai do (Tidak ada lagi)

HURUF E

Orang Minang, seperti juga orang Melayu lainnya, agak sulit membedakan huruf E. Seperti yang kita ketahui, kita memiliki tiga jenis huruf E. Kalau dalam bahasa Perancis, ada tiga aksen untuk huruf E, yaitu accent éigu (é), accent grave (è) dan accent circonflexe (ê).

Dalam bahasa Indonesia, tiga E itu adalah:
E seperti mengucapkan “Ekor”
E seperti mengucapkan “Emas”
E seperti mengucapkan “Elektronik”

Nah, orang Minang sulit membedakan ketiga E ini, sehingga maklumi saja apabila suatu saat Anda mendengar orang Minang yang agak ganjil cara mengucapkan sesuatu yang mengandung huruf E. Seringkali mereka mengucapkan “me” dalam kata “Nasionalisme” seperti mengucap E pada kata “Ekor” atau mungkin “Elektronik”, padahal seharusnya ia harus diucapkan seperti melafalkan kata “Emas”. Et cetera.

KOSA KATA RANAH MINANG

KOSA KATA RANAH MINANG

Tidak semua kata dalam bahasa Indonesia yang bisa diubah sesuai yang saya rumuskan untuk menjadi kata dalam bahasa Minang. Ada kata lain yang memang harus dihafalkan kalau Anda memang ingin mempelajarinya.


Uang = Pitih
Perempuan = Padusi
Jangan = Jan
Beri = Agiah
Celana = Sarawak
Belum = Alun
Sudah = Alah
Saja = Se
Besar = Gadang
Tua = Gaek
Kecil = Ketek
Celah = Cikunek
Dan masih sangat sangat banyak lainnya..

peribahasa ranah minang

 peribahasa ranah minang kumpulan pribahasa dati minangkabau

1. Anak nalayan mambaok cangkua, mananam ubi ditanah darek. Baban sakoyan dapek dipikua, budi saketek taraso barek

2. Anak ikan dimakan ikan, gadang ditabek anak tenggiri. Ameh bukan perakpun bukan, budi saketek rang haragoi.


3. Anjalai tumbuah dimunggu, sugi sugi dirumpun padi. Supayo pandai rajin baguru, supayo tinggi naikan budi.




4. Alu tataruang patah tigo, samuik tapijak indak mati.



5. Tarandam randam indak basah, tarapuang apuang indak hanyuik.



6. Anyuik labu dek manyauak, hilang kabau dek kubalo.



7. Anguak anggak geleng amuah, unjuak nan tidak babarikan.



8. Alua samo dituruik, limbago samo dituang.



9. Alat baaluah jo bapatuik makanan banang siku-siku, kato nan bana tak baturuik ingiran bathin nan baliku.



10 Alang tukang binaso kayu, alang cadiak binaso Adat, alang arih binaso tubuah.Alat baaluah jo bapatuik makanan banang siku-siku, kato nan bana tak baturuik ingiran bathin nan baliku.



11. Alah bauriah bak sipasin, kok bakiek alah bajajak, habih tahun baganti musim sandi Adat jangan dianjak.



12. Adat biaso kito pakai, limbago nan samo dituang, nan elok samo dipakai nan buruak samo dibuang.



13. Anak-anak kato manggaduah, sabab manuruik sakandak hati, kabuik tarang hujanlah taduah, nan hilang patuik dicari.



14. Anggang nan datang dari lauik, tabang sarato jo mangkuto, dek baik budi nan manyam buik, pumpun kuku patah pauahnyo.



15. Anjalai pamaga koto, tumbuah sarumpun jo ligundi, kalau pandai bakato kato, umpamo santan jo tangguli.



16. Atah taserak dinan kalam, intan tasisiah dalam lunau, inyo tabang uleklah tingga, nak umpamo langgau hijau.



17. Aia diminum raso duri, nasi dimakan raso sakam.



18. Adaik rang mudo manangguang rindu, adaik tuo manahan ragam.



19. Alah limau dek mindalu, hilang pusako dek pancarian.

kumpulan pantun minangkabau

kumpulan pantun minangkabau

Adat basandi syarak,
syarak basandi Kitabullah
syarak mangato, adat mamakai
camin nan indak kabua
palito nan indak padam


Gadang jaan malendo
panjang jaan malindih.

Barek samo dipikua
ringan samo dijinjiang
ka bukik samo mandaki
ka lurah samo manurun

tatungkui samo makan tanah
tatilantang samo minum ambun
ka mudiak saantak galah
ka hilia sarangkuah dayuang
maelo karajo jo usao
mairik parang jo barani

Budi jan tajua,
paham jan tagadai
nan kayo iyolah kayo di budi
nan mulieh ilyolah mulieh di basa

Condong mato ka nan rancak
condong salero ka nan lamak
rancak di awak
katuju di urang

sakapuah sirih dari minang kabau

sakapuah sirih dari minang kabau - Disusun jari nan sapuluah, ditakuakan kapalo nan satu dihujamkan lutuik nan duo. Kapado ALLAH Ampun dimintak, sambah dianta dipuhunkan, kapado Panghulu Pamangku Adat, bilo maulana jo tuanku, Nan manjunjuang soko dalam adat, sarato imam dengan khatib. Nan mudo pambimbiang dunia Bundo kanduang samo didalam.

Ujuik kato buah rundiagan, sakiro paham dikahandaki bahubuang jo maso nan ditampuah, musim nan tumbuah iko kini, syariat ado bahakikat, lahia kulik manganduang isi. Dilua nan tampak nyato, didalam kanduangan ulemu, tiliak nyato paham mamanjek, dijauah hari simpanan kito. Kalau dipiliah jo ihktiar, jikok aka dijalankan, jo tanang budi marangkak, kateh nyato taambun jantan, kabawah jaleh takasiak bulan.


Sampai tabagi dek ulemu, lahia manjadi buah ama, dek enggeran soko nan tatagak, Malangkah diujuang padang, basilek dipangka karieh, kato salalu baumpamo, rundiang nan banyak bakiasan. Dalam kulik pandanglah isi, dinan lahia bathin tabayang. Kulik manieh ditimpo bathin, bathin ditimpo galo-galo, dalam lahia manganduang bathin, dalam bathin bahakikat pulo.

Rumah gadang bari bapintu, nak tarang jalan kahalaman, jokok dikumpa saleba kuku, kalau dikambang saleba alam, Talago adat nan indak kariang, sapayah payah manimbo, walau dalam musim kamarau, mailia taruih aia nan janiah . Latiak latiak tabang ka pinang, jatuah kapangka salironyo aia satitiak dalam pinang, sinan bamain ikan rayo.


pepatah petitih orang minang kabau

pepatah petitih orang minang kabau Jangan pernah menjalani hidup dengan penyesalan. jadikanlah kesalahan sebagai pelajaran. Nikmati hidupmu, jadikan sebuah kenangan yang pantas untuk diceritakan. Jangan pernah berfikir tuk menyerah, karena jika kamu mau berusaha yakinlah Allah SWT akan membantumu.
 
Support : Creating Website | blog Template | Mas Template
Copyright © 2011. Secangkir Berita Kalumpank - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger